Ruang Film Semarang, Jaga Semangat Film Daerah!

141913

Para anggota Ruang Film Semarang (RFS) melakukan kerja sama dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan beberapa perwakilan dari Pemerintah Kota Semarang.

Film dikenal mampu merekam dan menceritakan segala kisah pada khalayak dan menyampaikan pesan-pesan kritis dengan cara yang unik. Kota Semarang, termasuk kota yang kerap dijadikan lokasi pembuatan film. Meski demikian, tidak banyak sineas yang terbit dari kota ini mendapat apresiasi dari masyarakatnya. Kebanyakan dari mereka akhirnya mencari pengakuan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta bahkan hingga ke luar negeri.

Ruang Film Semarang (RFS) kemudian hadir sebagai wadah para sineas khususnya yang masih muda untuk berkarya melalui film, sehingga diharapkan mampu menjaga semangat perfilman di daerah.

Komunitas yang resmi didirikan pada tanggal 14 Desember  2013 ini sedikit berbeda dari komunitas film lain yang ada di Semarang. Jika biasanya komunitas film dipenuhi orang-orang yang memang lama berkecimpung di dunia perfilman, RFS justru lebih terbuka bagi sineas junior maupun senior.

“Orang awam sekalipun bisa bergabung kok menjadi angggota. Selama mereka memiliki minat untuk belajar film dan berkomitmen untuk turut memajukan RFS sebagai wadah kreativitas anak daerah,” begitu prinsip yang dipegang Yulia Hesti N, selaku pendiri komunitas ini.

Selain kegiatan produksi, RFS juga menyelenggarakan screening movie, workshop hingga distribusi film. Meski RFS lebih berfokus pada film dokumenter, film-film fiksi pun banyak diputar dan didiskusikan bersama. RFS sendiri sudah memproduksi beberapa film dokumenter, seperti Coffe Girl, The Flat Shoes dan Kepada Wihelmina.

Dalam mengembangkan suatu komunitas tentu dibutuhkan semangat, idealisme, kreatifitas dan harapan yang tiada henti. Terlebih di kota Semarang sendiri, kita masih mampu melihat, bahwa seni masih kurang mendapat perhatian bila dibandingkan dengan kota sekitar seperti Yogyakarta, Bandung dan Purbalingga. Apresiasi masyarakat kota Semarang terhadap film lokal masih sangat minim, karena masyarakat masih cenderung memilih film drama untuk dijadikan sebuah tontonan. Untuk itu dibutuhkan peran serta dari Pemerintah Daerah, sebagai bentuk apresiasi terhadap para sineas di Semarang, khususnya mereka yang masih berusia muda. Dukungan berupa apresiasi karya maupun materi, nampaknya sangat berarti bagi  para kreator anak bangsa. Karena majunya perfilman nasional, dimulai dengan memajukan perfilman di daerah.

Penulis : Nafisa Nurul Adina

Editor : Ananda Nabila Setyani

Leave a comment